Pusara pusaran

Suatu hari, embus angin di tengkukmu akan terlalu nihil untuk kau sadari. Karena seluruh pencerapan indramu terhisap utuh ke dalam pusaran di dadanya yang sungguh kau harap tidak akan malih jadi pusara.

Sungguh, kau tidak ingin mengadakan upacara pemakaman lagi.

Kau tidak mau menabur helai kelopak bunga di atas tanah merah yang basah, ditemani lantunan doa, air mata, dan mungkin sedikit sumpah serapah. Memakamkan kenang itu berat. Meski untuk Dilan, rindu lebih berat.

Jangan buat aku menggali kubur. Tanah pemakaman ini sudah terlampau sesak.

Leave a comment